Kondisi jembatan penghubung warga Desa Tobongon yang kondisinya sudah miring dan usang/lapuk
Kondisi jembatan penghubung warga Desa Tobongon yang kondisinya sudah miring dan usang/lapuk

Jembatan Usang, Warga Pinggiran Sungai Desa Tobongon Mengeluh Ke- Jokowi Lewat Face Book

CoverMongondow, Nasional – Sulitnya akses tempuh warga Desa Tobongon, Kecamatan Modayag, Bolaang Mondow Timur (Boltim) yang bermukim di pinggiran Sungai untuk keperluan sehari-hari, seperti akses anak-anak bersekolah hingga belanja kebutuhan rumah tangga terhalang, akibat Jembatan Kayu penghubung yang beralaskan potongan pohon kayu dan papan lapuk Rusak.

Akibat kerusakan terbut membuat salah satu akun FaceBook pribadi milik Selvi Morai bermohon di statusnya kepada Presiden RI Joko Widodo untuk perhatiannya terhadap warganya.

Cuitan Akun FB Selvi Morai di Group Menuju Pilkada Boltim
Cuitan Akun FB Selvi Morai

Dalam cuitan Selvi Morai tersebut di bagikan lagi oleh akun Adrianus Maengkom dan mulai dikomentari dengan komentar-komentar miring dari netizen.

Sementara itu atas postingan tersebut awak media CoverMongondow.com  melakukan telusur atas kebenaran jembatan penghubung tetsebut, dan benar adanya jembatan Batang Pohon yang sudah usang tersebut sudah masuk dua pekan ini mengalami kemiringan akibat lapuk pada batang penahannya lapuk dan juga pada papan pijakannya, hingga membuat warga sekitar aliran sungai desa tobongon sangat berhati-hati untuk menggunakan jembatan tersebut.

“Jembatan ini dibuat sudah lama sekali. Ini adalah akses jalan satu-satunya jika musim penghujan tiba untuk anak-anak pergi sekolah dan belanja kebutuhan rumah tangga ,” ungkap Yemi Sinaulan (40an), warga setempat pagi tadi, Jum’at (19/07/19) .

Jembatan ini digunakan warga untuk melintasi Sungai Kali Putih dengan debit airnya yang sangat deras. Sampai sekarang, belum ada perbaikan apalagi pembangunan secara permanen dari pemerintah untuk jembatan kayu yang kondisinya mengkhawatirkan itu. Padahal selain kondisi pendidikan, roda perekonomian warga di kedua desa tersebut mengandalkan akses jalan tersebut.

“Kemarin sempat tak bisa dilalui sama sekali, karena hujan seharian penuh, hingga anak-anak pun taksempat pergi bersekolah, dikarenakan debit air sungai meninggih dan jembatanpun licin hingga kami was-was untuk melintasi akses tersebut,” ungkap Cici Kamer (30an) yang juga adalah warga setempat.

Pada tahun 2015 lalu, jembatan tersebut sudah pernah diukur oleh petugas pengukur yang belum diketahui warga kalau petugas darimana.

“Jembatan ini sudah pernah ada pengukuran pada saat pilkada lalu oleh petugas pengukur dengan panjang jembatan 15 meter dan lebar 1,5 meter, namun kami tidak mengetahui itu petugas apa, dan sampai hari ini belum ada juga realisasinya dari pengukuran jembatan tersebut,” terang Cici dan Yemi.

Lanjut Mereka, “Mungkin dugaan kami pada pilkada lalu itu, hanya setingan tim pemenangan salah satu paslon untuk strategi pemenangan dengan cara mengukur jembatan penghubung untuk menuai simpati kami,” terang mereka.

Saat ditanya apa harapan warga atas jembatan yang sudah usang tersebut, mereka inginkan perbaikan jembatan itu dulu.

“Kalau bisa, ada perhatian dari Pemerintah, minimal Pemerintah Desa untuk pembangunan jembatan tersebut, karena itu adalah akses satu-satunya kami untuk melintas ke tempat bekerja atau besekolah anak. Apaterlebih sekarang Dana Desa diperuntukan untuk kemaslahatan orang banyak,” pintah Mereka. (R_Th)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *